Rasa Malu


Rasa Malu
Kenapa kita pergi ke mall atau pasar induk memakai celana atau rok? Kenapa kita tidak telanjang saja? Kenapa? Banyak jawabannya, mulai dari tidak nyaman, takut ditangkap security, dsbgnya. Tapi pada intinya karena kita malu. Silahkan cek peraturan mall-mall di Indonesia, tidak semua mencantumkan aturan berpakaian, apalagi pasar induk. Jadi ya sebenarnya bebas-bebas saja mau pakai apa atau tidak pakai apa. Lantas kenapa kita tidak melakukannya? Tidak telanjang? Karena sungguh rasa malu. 

Kenapa kita tidak koar-koar kemana-mana, bilang kalau kita ini gantengnya setengah mati, atau cantiknya pol tak terkira? Kenapa kita tidak dengan PD-nya mengaku-ngaku kita keren dan hebat? Karena rasa malu. Memangnya ada yang melarang kalau kita meng-klaim hal tersebut? Tidak ada. Jadi sebenarnya ya silahkan saja kalau mau ngaku-ngaku demikian. Lakukan. Tapi rasa-rasanya mayoritas kita pasti malu melakukannya, bukan?

Kenapa kita tidak kencing di tengah orang ramai? Misalnya di halte, atau di depan kelas, atau malah di dalam ruangan pas kuliah? Itu benar, bakal ada yang marah-marah karena terganggu bau kecing aroma jengkol atau petai, bahkan lapor satpam atau malah polisi, dan kita terpaksa berurusan dengan hukum. Tapi kenapa kita tidak melakukannya? Sebenarnya bukan karena takut dengan hukumannya, tapi mayoritas kita tidak melakukannya karena perasaan malu. Anak kecil sekalipun sudah paham mekanisme ini. 

Setiap manusia dilengkapi dengan perasaan malu.

Nah, perasaan ini tidak sesederhana yang kita lihat. Karena perasaan malu adalah salah-satu mekanisme diri sendiri yang diberikan oleh Tuhan untuk mencegah melakukan keburukan atau perbuatan jahat. Perasaan malu sama seperti leukosit, sel darah putih, yang membantu tubuh melawan bakteri jahat, infeksi dsbgnya, maka perasaan malu posisinya adalah melawan bakteri jahat, infeksi di hati kita, dari niat-niat buruk, niat-niat tercela, atau hal-hal yang bisa merusak diri sendiri. Self defense, sistem kekebalan tubuh, mekanisme alamiah pertahanan diri.

Nah, kenapa catatan ini ditulis, karena saya ingin mengkaitkan perasaan malu dengan hubungan lawan jenis. 

Adalah mekanisme normal, saat kita menyukai lawan jenis, seseorang yang something special, maka hati kita semaput tidak ketulungan. Jantung kita berdebar lebih kencang, keringat keluar, dengus nafas lebih kencang, dan kita tiba-tiba jadi penakut, peragu, dsbgnya. Itulah mekanisme diri sendiri untuk menjaga diri. Wahai, akan rusak sekali dunia kalau manusia tidak memiliki rasa malu dalam urusan ini. Lihatlah hewan, saat sapi jantan suka dengan sapi betina, maka sapi jantan langsung loncat garang. Saya tahu persis soal ini, karena sy pernah ngurus sapi. Duh, itu sapi, beneran loh 'nggak punya' rasa malu sama sekali, dilihat teman-teman sesapian, dilihat orang sepasar, bodo amat. Tidak ada sapi yang grogi, nervous, dag-dag-dig pengin bilang aku sayang kamu; yang ada langsung main fisik.

Manusia tidak. Kita dilengkapi dengan perasaan malu. Dan kita seharusnya bersyukur dengan perasaan malu tersebut. Dengan malu, kita bisa menjaga kehormatan perasaan sendiri. Bukan sebaliknya, malah berusaha mengusir pergi jauh-jauh perasaan tersebut, pengin seperti playboy yang lihai sekali gaet sana, gaet sini. Tebar pesona sana, tebar pesona sini. Itu seolah-olah terlihat keren luarnya saja, macam laku sekali kita, tapi hakikinya, persis seperti sapi yang saya perhatikan, tidak ada keren-kerennya sama sekali.

Jalanilah perasaan kita masing-masing secara alamiah. Biarkan perasaan malu menjadi benteng pertama--selain nilai-nilai, pemahaman agama yang baik. Jika kalian telah menikah, maka perasaan malu yang pernah kita alami dulu dengan suami/istri sekarang bahkan memberikan mozaik-mozaik indah yang abadi saat dikenang. Perasaan malu itu bahkan menjadi fitur-fitur canggih yang selalu membuat tersenyum saat diingat, dan otomatis, perjalanan kisah cinta kita saat dikenang, akan sama spesialnya dengan kisah cinta orang lain yang tetap menjaga kehormatan diri dan kehormatan perasaannya.

Terakhir, saya ingin bilang, anugerah rasa malu itu bisa diibaratkan tanah. Dia bisa erosi bahkan longsor. Jika kita hari ini malu pergi ke mall tanpa celana, maka jangan salah, ada golongan yang bangga sekali menyebut mereka kaum yg keren, justeru menuntut agar undang-undang memberikan kebebasan telanjang di jalanan umum kota. Hilang sudah rasa malu milik mereka. Maka, jika kalian masih punya rasa malu yang bersisa, jaga baik-baik, apalagi dalam urusan perasaan lawan jenis, karena jika tidak, besok lusa, boleh jadi kalian tidak punya rasa malu lagi, sudah menjurus malu-maluin.

Demikian.

-Catatan Tere Liye-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mencari Sebuah Mesjid (Taufiq Ismail)

Kalian Cetak Kami Jadi Bangsa Pengemis (Taufiq Ismail)

Kisah Seorang Ayah, Anak Dan Burung Gagak

Asal Usul Nama Hari (Versi Inggris)

Asal Kata Minggu Dan Ahad