Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2011

Belajar Dari Punokawan

Gambar
Dalam dunia pewayangan istilah sedulur papat lima pancer merupakan simbolisasi ksatria dan empat abdinya. Sedulur papat adalah punokawan, lima pancer adalah kesatriya. Dalam hal ini, yang dinamakan punokawan yakni Semar sebagai pamomong keturunan Saptaarga ditemani oleh tiga anaknya, yaitu; Gareng, Petruk dan Bagong sebagai pengiring para ksatria Pandawa. Kehadiran mereka seringkali hanya dianggap sebagai tambahan yang kurang diperhitungkan dan untuk menghadirkan lelucon saja, padahal kerap menentukan arah perubahan. Lima tokoh ini menduduki posisi penting dalam kisah pewayangan. Kisah Mereka diawali mulai dari sebuah pertapaan Saptaarga atau pertapaan lainnya. Setelah mendapat berbagai macam ilmu dan nasihat-nasihat dari Sang Begawan, mereka turun gunung untuk mengamalkan ilmu yang telah diperoleh, dengan melakukan tapa ngrame. Dalam perjalanannya, Punokawan harus menemani perjalanan sang Ksatria dalam memasuki “hutan”, memasuki sebuah medan medan kehidupan yang belum pernah dikenal

Mencari Sebuah Mesjid (Taufiq Ismail)

Gambar
MENCARI SEBUAH MESJID By Taufiq Ismail Aku diberitahu tentang sebuah masjid yang tiang-tiangnya pepohonan di hutan fondasinya batu karang dan pualam pilihan atapnya menjulang tempat tersangkutnya awan dan kubahnya tembus pandang, berkilauan digosok topan kutub utara dan selatan Aku rindu dan mengembara mencarinya Aku diberitahu tentang sepenuh dindingnya yang transparan dihiasi dengan ukiran kaligrafi Quran dengan warna platina dan keemasan berbentuk daun-daunan sangat beraturan serta sarang lebah demikian geometriknya ranting dan tunas jalin berjalin bergaris-garis gambar putaran angin Aku rindu dan mengembara mencarinya Aku diberitahu tentang masjid yang menara-menaranya menyentuh lapisan ozon dan menyeru azan tak habis-habisnya membuat lingkaran mengikat pinggang dunia kemudian nadanya yang lepas-lepas disulam malaikat menjadi renda-renda benang emas yang memperindah ratusan juta sajadah di setiap rumah tempatnya singgah

Melihat Sisi Positif Dengan Bersyukur

Sudahkah sobat bersyukur pagi ini? mensyukuri setiap nikmat dan apa pun yang menimpa sobat. Ini bukan masalah keberuntungan. Bersyukur menuntun sobat untuk senantiasa menyingkirkan sisi negatif dari hidup. Bisa jadi orang lain mengatakan bahwa sobat tidak realistis. Namun, sebenarnya sikap sobat jauh lebih realistis, yakni membebaskan diri sobat dari kecemasan atas kesalahan. Bersyukur mendorong sobat untuk bergerak maju dengan penuh antusias. Tak ada yang meringankan hidup sobat selain sikap bersyukur. Semakin banyak sobat bersyukur semakin banyak sobat menerima.Semakin banyak sobat mengingkari, semakin berat beban yang sobat jejalkan pada diri sobat. Kebanyakan orang lebih terpaku pada kegagalan lalu mengingkarinya. Sedikit sekali yang melihat pada keberhasilan lalu mensyukurinya. Sobat takkan pernah berhasil dengan menggerutu dan berkeluh kesah. sobat berhasil karena berusaha. Sedangkan usaha sobat lakukan karena sobat melihat sisi positif. Hanya dengan bersyukurlah sisi positif i

Trenggalek Banjir Lagi

Gambar
Juma't, 20 mei 2011 - Hari ini saya terus bertanya-tanya, sebenarnya sekarang ini musim apa?penghujan ataukah kemarau? perasaan hari ini terik mentari begitu menyengat di perbatasan timur kabupaten Trenggalek berteman hati. Tetapi sungguh sangat memilukan, terdengar kabar semalam dan sampai hari ini Trenggalek tercinta dilanda banjir lagi. Hujan deras yang mengguyur mulai jumat malam, mengakibatkan sungai ngasinan tak mampu membendung derasnya air yang mengalir. Akhirnya airpun meluap di Jalan Soekarno-Hatta kota Trenggalek, menyebabkan jalur utama Trenggalek-Tulungagung ini terputus total. Padahal jalur itu adalan jalan utama penghubung Trenggalek kota-Tulung Agung serta jalur masuk bus dari Ponorogo. Tak hanya itu, sedikitnya ratusan rumah terendam air, toko-toko dan perkantoranpun kabarnya juga ditutup. Banjir kali ini terbilang parah, meskipun belum ada kabar korban jiwa seperti yang terjadi pada tahun 2006 kemarin, tetapi merendam sedikitnya lima kecamatan di Trenggalek, dan

Mengintip Kebangkitan Nasional

Gambar
20 Mei, seberapa berartikah tanggal ini untuk kita bangsa Indonesia? sewaktu duduk di bangku sekolah saya diajarkan bahwa tanggal ini adalah sebuah momentum penting kebangkitan bangsa Indonesia untuk merubah cara perjuangan yang kedaerahan menjadi perjuangan yang lebih menekankan rasa dan semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia secara bersama-sama. Kata pepatah "Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh". Pada tanggal ini, 20 Mei 1908 organisasi " Budi Utomo " didirikan oleh dr. Sutomo dan para pelajar STOVIA yang kemudian kita peringati sebagai Hari kebangkitan nasional . STOVIA atau School tot Opleiding van Indische Artsen (Sekolah Pendidikan Dokter Hindia)adalah sekolah untuk pendidikan dokter pribumi di Batavia pada zaman kolonial Hindia-Belanda. Saat ini sekolah ini telah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Organisasi Budi Utomo ini bersifat sosial, ekonomi, dan kebudaya

Cara Cowok PeDeKaTe

Gambar
Dijaman ini kayaknya emang udah dianggap umum kalau urusan PeDeKaTe gak harus cowok. Yang cewekpun bisa lebih agresif kalau urusan ini. hahahahaha... Walaupun demikian kayaknya emang lebih pantes kalau cowok dulu yang bergerak duluan. Karena gak punya pengalaman soal ini, saya tanya kesana kemari sampek bertapa dibawah pohon bunga mawar berduri.  Alhasil ini ada beberapa usaha cowok waktu PeDeKaTe.. SMS si cewek berlebihan. Kalau tidak tiga kali sehari, ya tujuh kali sehari. Jika tidak dibalas, cowok biasanya berulang kali mengecek folder sent items atau mengirimkan kembali SMS kepada si cewek untuk bertanya apakah dia telah menerima SMS-nya tadi.  Yang berlebihan itu emang gak baik den...!! Menyogok si cewek dengan terus berusaha mengajak makan malam, membelikan ini itu, bahkan yang tergolong mahal.  Nyogok..? kayak politikus aja Rela menunggu jarum jam menunjuk angka 12 saat ulang tahunnya supaya menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat. Itu namanya perhatian

Kembalikan Indonesia Padaku (Taufiq Ismail)

Gambar
KEMBALIKAN INDONESIA PADAKU By Taufiq Ismail   Kepada Kang Ilen Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga, Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat, sebagian berwarna putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian, Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malam dengan bola  yang bentuknya seperti telur angsa, Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang tenggelam karena seratus juta penduduknya, Kembalikan Indonesia padaku Hari depan Indonesia adalah satu juta orang main pingpong siang malam dengan bola telur angsa di bawah sinar lampu 15 wat, Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang pelan-pelan tenggelam lantaran berat bebannya kemudian angsa-angsa berenang-renang di atasnya, Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga, dan di dalam mulut itu ada bola-bola lampu 15 wat, sebagian putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian, Hari depan Indonesia adalah angsa-angsa putih yang berenang-renang

Besar Dan Kecil Ada Dalam Pikiran Kita

Gambar
Sebarapa besarkah kesiapan jiwa kita untuk menghadapi berbagai macam persoalan hidup? Bila sobat memandang diri sobat kecil, dunia akan tampak sempit dan tindakan sobat pun akan jadi kerdil. Namun, bila sobat memandang diri sobat besar, dunia akan terlihat sangat luas,dan sobat pun akan dapat melakukan hal-hal besar. Tindakan sobat adalah cermin bagaimana sobat memandang dunia. Sementara dunia sobat tak lebih luas dari pikiran sobat tentang diri sobat sendiri. Itulah mengapa kita diajarkan untuk berprasangka positif pada diri sendiri, agar kita terbiasa melihat dunia lebih indah. Dan bertindak selaras dengan kebaikan-kebaikan yang ada dalam pikiran dan hati kita. Padahal dunia tak butuh penilaian apapun dari kita. Ia hanya memantulkan apa yang kita lihat. Ia menggemakan apa yang ingin kita dengar. Bila kita takut menghadapi dunia, sesungguhnya kita takut menghadapi diri kita sendiri. Maka, bukan soal apakah kita berprasangka positive atau negative terhadap diri sendiri. lebih dari it

Sedikit Demi Sedikit Lama - Lama Menjadi Bukit

Gambar
Pepatah ini sederhana saja, " sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit ". Artinya usaha / upaya kecil yang terus-menerus pasti akhirnya akan memberikan hasil. Barangkali kita juga terbiasa memberikan makna bahwa bila kita mengumpulkan sen demi sen dari uang kita, pada saatnya kita akan dapatkan sepundi. Namun sesungguhnya pepatah ini tak sekedar berbicara tentang hidup hemat, atau ketekunan menabung. Pepatah ini menyiratkan kita tentang sesuatu yang lebih berharga dari sekedar sekantung keping uang , pernahkah kita berfikir bahwa bila kita mampu mengumpulkan kebaikan dalam setiap tindakan-tindakan kecil kita, maka kita akan mendapatkan kebesaran dalam jiwa kita? Bagaimanakah tindakan-tindakan kecil tersebut mencerminkan kebesaran jiwa sang pemiliknya ? Yaitu bila disertai dengan secercah kasih sayang didalamnya. Ucapan terima kasih, senyuman ,sapaan ramah, atau pelukan bersahabat, adalah tindakan yang mungkin sepele saja. namun dalam liputan kasih sayang, ia jauh leb

Derai Derai Camar (Chairil Anwar)

Gambar
DERAI DERAI CEMARA By Chairil Anwar (1949) Cemara menderai sampai jauh Terasa hari akan jadi malam Ada beberapa dahan di tingkap merapuh Dipukul angin yang terpendam Aku sekarang orangnya bisa tahan Sudah berapa waktu bukan kanak lagi Tapi dulu memang ada suatu bahan Yang bukan dasar perhitungan kini Hidup hanya menunda kekalahan Tambah terasing dari cinta sekolah rendah Dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan Sebelum pada akhirnya kita menyerah

Yang Terampas Dan Putus (Chairil Anwar)

Gambar
YANG TERAMPAS DAN YANG PUTUS By Chairil Anwar (1949) Kelam dan angin lalu mempesiang diriku, Menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin, Malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu Di Karet, di Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru dingin Aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang Dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu; Tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang Tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku

Malam Di Pegunungan (Chairil Anwar)

Gambar
MALAM DI PEGUNUNGAN By Chairil anwar (1947) Aku berpikir: Bulan inikah yang membikin dingin, Jadi pucat rumah dan kaku pohonan? Sekali ini aku terlalu sangat dapat jawab kepingin: Eh, ada bocah cilik main kejaran dengan bayangan!

Dying Inside

Gambar
Puluhan tahun yang lalu, ada sebuah cerita tentang seorang tua, pekerjaan beliau adalah tukang asah pisau keliling. Setiap hari orang tua tersebut berkeliling dari rumah ke rumah untuk menawarkan jasanya. Beliau berkeliling sambil membunyikan lonceng kecil, untuk menarik perhatian orang. Pada awalnya, banyak sekali orang yang memanfaatkan jasa beliau. Setiap hari selalu ada saja orang yang mengasahkan pisau ataupun gunting mereka ke orang tua tersebut. Dengan pekerjaan mengasah pisau, orang tua tersebut bisa menghidupi keluarganya. Tahun demi tahun berlalu, jaman semakin modern dan membuat segalanya menjadi praktis. Demikian juga, pisau-pisau maupun gunting-gunting yang ada di pasaran semakin berkualitas dan murah. Sehingga perlahan- lahan tidak ada lagi orang yang mengasahkan pisau atau guntingnya. Mereka lebih memilih untuk membeli yang baru daripada mengasahkannya. Akibatnya, tidak ada lagi orang yang membutuhkan jasa orang tua si pengasah pisau tersebut. Tetapi setiap hari orang

Cintaku Jauh Di Pulau (Chairil Anwar)

CINTAKU JAUH DI PULAU ( 1946 ) By Chairil Anwar Cintaku jauh di pulau, gadis manis, sekarang iseng sendiri Perahu melancar, bulan memancar, di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar. angin membantu, laut terang, tapi terasa aku tidak 'kan sampai padanya. Di air yang tenang , di angin mendayu, di perasaan penghabisan segala melaju Ajal bertakhta, sambil berkata: "Tujukan perahu ke pangkuanku saja," Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh! Perahu yang bersama 'kan merapuh! Mengapa Ajal memanggil dulu Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?! Manisku jauh di pulau, kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri.

Senja Di Pelabuhan Kecil (Chairil Anwar)

Gambar
SENJA DI PELABUHAN KECIL ( 1946 ) By Chairil Anwar  buat: Sri Ajati Ini kali tidak ada yang mencari cinta di antara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak. Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan menyisir semenanjung, masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat , sedu penghabisan bisa terdekap

Abu Nawas Memenjarakan Angin

Gambar
Tidak ada henti-hentinya. Tidak ada kapok-kapoknya, Baginda selalu memanggil  Abu Nawas untuk dijebak dengan berbagai pertanyaan atau tugas yang aneh-aneh. Hari ini Abu Nawas juga dipanggil ke istana. Setelah tiba di istana, Baginda Raja menyambut Abu Nawas dengan sebuah senyuman. "Akhir-akhir ini aku sering mendapat gangguan perut. Kata tabib pribadiku, aku kena serangan angin." kata Baginda Raja memulai pembicaraan. "Ampun Tuanku, apa yang bisa hamba lakukan hingga hamba dipanggil." tanya Abu Nawas. "Aku hanya menginginkan engkau menangkap angin dan memenjarakannya." kata Baginda. Abu Nawas hanya diam. Tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. la tidak memikirkan bagaimana cara menangkap angin nanti tetapi ia masih bingung bagai­mana cara membuktikan bahwa yang ditangkap itu memang benar-benar angin.Karena angin tidak bisa dilihat. Tidak ada benda yang lebih aneh dari angin. Tidak seperti halnya air walaupun tidak berwarna tetapi masih bisa dilihat. S

Filosofi Meludah

Gambar
Siapa yg tidak pernah meludah? Pasti sering semua. Nah, tahu nggak sih, ternyata meludah itu adalah filosofi hidup yg dalam banget. Coba deh kalian meludah mulutnya dibuka lebar2, pasti nggak mau! di paksa-paksa juga pasti nggak mau. Tapi kalau mulutnya kecil, puah! ludahnya lancar keluar. Semakin kecil, bahkan semakin jauh jarak meludahnya. Begitu juga hidup ini. Terkadang kayak meludah, semakin dipaksakan "lubangnya gede", semakin susah, malahan pasti tidak bisa. Tetapi kalau "lubangnya kecil", hmm.. lancar! Terkadang kita memang perlu merubah cara berpikir.... Misalnya saya melupakan? Semakin dipaksa untuk dilupakan, malah semakin menyesakkan! Coba deh tidak  usah dilupakan, eh malah lupa sendiri. Nyari sesuatu? Dicari2 bete banget tidak nemu2, tetapi pas tidak dicari malah ketemu. Pengin cantik, makai lipstik satu mili, bedak dua mili, dipaksa2, tetap saja tidak cantik, malah mirip hantu, pas dicoba tampil apa adanya, rileks, malah dipuji aduh kamu hari ini

Semua Akan Berlalu

Gambar
Ada sebuah cerita tentang seorang petani kaya mati meninggalkan kedua putranya. Sepeninggal ayahnya, kedua putra ini hidup bersama dalam satu rumah. Sampai suatu hari mereka bertengkar dan memutuskan untuk berpisah dan membagi dua harta warisan ayahnya. Setelah harta terbagi, masih tertingal satu kotak yang selama ini disembunyikan oleh ayah mereka. Mereka membuka kotak itu dan menemukan dua buah cincin di dalamnya, yang satu terbuat dari emas bertahtakan berlian dan yang satu terbuat dari perunggu murah. Melihat cincin berlian itu, timbullah keserakahan sang kakak, dia menjelaskan, “Kurasa cincin ini bukan milik ayah, namun warisan turuntemurun dari nenek moyang kita. Oleh karena itu, kita harus menjaganya untuk anak-cucu kita. Sebagai saudara tua, aku akan menyimpan yang emas dan kamu simpan yang perunggu.” Sang adik tersenyum dan berkata, “Baiklah, ambil saja yang emas, aku ambil yang perunggu.” Keduanya mengenakan cincin tersebut di jari masing-masing dan berpisah. Sang adik mere

Seabad KH. Wahid Hasyim

Gambar
Peletak Dasar Islam Kebangsaan di Indonesia KH. Wahid Hasyim Tahun 1950-an, ketika menuntut ilmu di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, mantan Menteri Agama Republik Indonesia Tolchah Hasan kaget mendapat pelajaran bahasa Perancis. Menurut Tolchah, keterkejutannya bertambah saat mengetahui sebagian guru yang mengajarinya ilmu pengetahuan umum beragama Kristen dan Katolik. ”Saya kira, pada zamannya ada yang seperti itu sesuatu yang langka. Guru ilmu alam saya orang Kristen. Saya di (madrasah) Aliyah A, yang dapat pelajaran bahasa Arab, Inggris, dan Perancis. Meski sekarang saya enggak bisa lagi ngomong dengan bahasa Perancis,” ujar Tolchah terkekeh, saat menceritakan pengalamannya menuntut ilmu di Tebuireng yang ketika itu diasuh KH Abdul Wahid Hasjim, pada acara bedah buku Satu Abad KH Abdul Wahid Hasjim karya Aboebakar Atjeh, Sabtu (30/4) di Jakarta. Wahid, anak kelima pendiri Nahdlatul Ulama, Hadratusyekh Hasyim Asy’ari dengan Nafiqah, dianggap menjadi peletak dasar revolusi p